Ketentuan Mawaris dalam Islam dan Mempraktikkan Pelaksanaan Pembagian Waris dalam Islam

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bab 8

Meraih Berkah dengan Mawaris

 

 

 

 

Peta Konsep


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

S


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

u


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

m


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

b


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

e


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

r


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

:


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

w


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

w


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

w.w


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

i


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ms


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

o


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

n               e


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ve


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

l.


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

c


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

o


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

m


 

 

 

Mawaris

 

dapatdilaksanakan dengan memahami

 

 

 

Ketentuan Hukum               Menerapkan Hukum                  Manfaat Hukum

 

Waris dalam Islam                       Waris Islam                                 Waris Islam

 

 

untuk

 

 

Meraih Berkah dengan

 

Menerapkan Hukum

 

Waris Islam


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti    147


 

 

Amati gambar-gambar berikut! Kemudian, diskusikan nilai-nilai harta “Warisan ” dan makna yang dikandungnya!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: www.blog.djarumbeasiswaplus.org

Sumber: www.lintasgayo.com

Gambar 8.1 Uang

Gambar 8.2 Emas Batangan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: www.aspirasirakyatindonesia.files.wordpress.com

Sumber: www.tribunnews.com

Gambar 8.3 Apartemen

Gambar 8.4  Pemakaman mewah Mont Carmel

 

Memorial Park di Semarang


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1.  Kelas XII SMA/MA/SMK/MAK


Membuka Relung Kalbu


 

 

Dalam sebuah riwayat dikisahkan ada seorang ulama yang sedang menghadapi sakaratul maut. Ia ber­ wasiat kepada santrinya yang berada di sisinya, ” Tulis permasalahan ini dengan cepat” Sang santri berkata, ”Imam, Engkau sangat lelah, memang masalah apa yang hendak Engkau tulis sekarang”, tanya sang santri. “Anakku, satu kata yang kita tulis bisa berarti bagi muslim lainnya”. Anakku, ada pertanyaan yang hendak diajukan! Mengapa kamu

menginginkan kekayaan”. Kamu mungkin akan menjawab, agar aku dapat hidup bahagia, menikmati segala fasilitas dan membeli semua yang aku inginkan. Jika demikian jawabanmu, kamu tidak sedang mewujudkan tujuanmu.

 

"Seharusnya kamu katakan, Aku ingin mempunyai banyak harta, agar dapat disumbangkan di jalan Allah Swt., membiayai pendidikan anak-anakku hingga akrab dengan Allah Swt., membantu mereka yang membutuhkan, dan menginventasikannya dalam kegiatan-kegiatan sosial. Dengan demikian, setiap uang atau harta dan tulisan yang kamu berikan adalah ibadah."

 

Hidup itu sangat singkat, gunakan umur untuk beribadah dan meraih keri«±an-Nya. Allah Swt. berfirman dalam Q.S. Hµd/11:15: “Barangsiapayang menghendaki kehidupan dunia dan


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: www.pengurusanjenazah.com

 

Gambar 8.5 Memandikan jenazah

 

 

 

 

Renungan Kehidupan

 

2.Berkaryalah sesuai hati nurani dan jangan mengikuti hawa nafsu. Nafsu diciptakan Allah Swt. sebagai cobaan, bukan sebagai panutan. Sekiranya manusia tidak direcoki nafsunya, maka Allah Swt. akan selalu tampak pada mata hatinya.

 

3.Kemanapun manusia berjalan dan berkarya dan berprestasi, pada hakikatnya mereka itu menuju kematiannya.

 

4.Hiasilah perjalanan dan karya kalian dengan kebaikan, niscaya kematian menemuimu dalam khusnul khatimah/kematian yang baik.

 

5. Anda setuju? Bila setuju, cobalah rumuskan langkah perjalanan menuju cita-cita yang inginkan.

 

Hal-hal yang perlu diselesaikan sebelum harta waris dibagi adalah; biaya mengurus jenazah, zakat bila mencapai nisab, membayar hutang bila ada, melaksanakan amanah dan nadzar bila ada.


 

 

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti    149


perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” (Q.S. Hµd/11:15).

 

 

Mengkritisi Sekitar Kita

 

 

Bila terjadi sengketa waris, pilihan hukum mana yang hendak kalian pergunakan apakah Islam, Adat atau KUH Perdata?Ambil contoh, sekiranya kalian adalah pewaris dan di antara ahli waris tidak ada kesepakatan mengenai pilihan hukum padahal semua ahli waris beragama Islam.

 

Persoalan Kewarisan

 

Apabila terjadi sengketa waris di antara ahli waris karena tidak ada kesepakatan, maka langkah yang harus dilakukan adalah membicarakan pilihan hukum (choice of law). Hukum positif di Indonesia masih membuka ruang bagi para pihak yang bersangkutan memilih dasar hukum yang akan dipakai dalam penyelesaian pembagian harta warisan. Hal ini nantinya memberikan konsekuensi terhadap pengadilan mana yang berwenang untuk mengadili sengketa tersebut. Pilihan hukum di sini maksudnya sengketa tersebut dapat diajukan ke Pengadilan Negeri bila penyelesaiannya tunduk pada Hukum Adat atau KUH Perdata (civil law) atau dapat diajukan ke Pengadilan Agama bila penyelesaiannya tunduk pada Hukum Islam. Hal ini disebabkan Indonesia masih menganut sistem pluralisme hukum.

 

Bagi pewaris yang beragama Islam, dasar hukum utama yang menjadi pegangan adalah UU Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan UU Nomer 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Dalam Penjelasan Umum UU tersebut dinyatakan: “Para pihak sebelum berperkara dapat mempertimbangkan untukmemilih hukum apa yang dipergunakan dalam pembagian warisan, dinyatakan dihapus”. Secara eksplisit, Hukum Islamlah yang harusnya menjadi pilihanhukum bagi mereka yang beragama Islam.Namun, ketentuan ini tidak mengikat karena UU Peradilan Agama ini tidak secara tegas mengatur persoalan penyelesaian pembagian harta waris bagi pewaris yang beragama Islam (personalitas keislaman pewaris) atau non-Islam.


 

 

 

6.  Kelas XII SMA/MA/SMK/MAK


Di dalam praktik, pilihan hukum ini dapat menimbulkan berbagai masalah, karena ahli waris dapat saling gugat di berbagai pengadilan.Permintaan fatwa kepada Mahkamah Agung dan atau mengajukan upaya hukum kasasi untuk menentukan pengadilan mana yang berwenang memutus adalah konsekuensi yang harus dibayar oleh para pihak ahli waris bila tidak bersepakat dalam menentukan mau tunduk terhadap hukum yang mana dalam penyelesaian sengketa waris.

 

Bila terjadi sengketa waris, pilihan hukum mana yang hendak kalian pergunakan apakah Islam, adat atau KUH Perdata?Ambil contoh, sekiranya kalian adalah pewaris dan di antara ahli waris tidak ada kesepakatan mengenai pilihan hukum padahal semua ahli waris beragama Islam.

 

Bagaimana Pendapat kalian! Diskusikan dengan teman-teman kelompok kalian dan sampaikan hasil kesimpulan di depan kelas!

 

 

 

Memperkaya Khazanah

 

 

A. Tadarus al-Qurān 5-10 Menit sesuai Tema

 

Kewajiban untuk tadarus al-Qurān dengan sebenar-benarnya (Q.S.al-Baqarah/2:121) bertujuan menumbuhkan keinginan peserta didik untukmentadabburi dan mengetahui manfaatnya, yaitu paham makna al-Qurān dan mengetahui rahasia keagungan-Nya. Dengan mengetahui manfaatnya, peserta didik diharapkan dapat melaksanakan dan mengikutinya karena al-Qurān sudah membekas dalam jiwa (Q.S. Thaha/20:112-113, Q.S. al-Baqarah/2:38), sehingga peserta didik akan memperoleh ketentraman dan kebahagiaan (Q.S.Taha/20:2-3)

 

Sebelum kalian memulai pembelajaran, lakukan tadarus al-Qurān secara tartil selama 5-10 menit di kelompok kalian masing-masing dipimpin oleh ketua kelompok. Ayat-ayat yang dibaca akan ditentukan oleh Bapak/Ibu guru kalian.

 

B. Menganalisis dan Mengevaluasi Ketentuan Waris dalam Islam

 

Ajaran Islam tidak hanya mengatur masalah-masalah ibadah kepada Allah Swt..Islam juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, yang di dalamnya termasuk masalah kewarisan. Nabi Muhammad saw..membawa hukum waris Islam untuk mengubah hukum waris jahiliyah yang sangat dipengaruhi oleh


 

 

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti    151


unsur-unsur kesukuan yang menurut Islam tidak adil. Dalam hukum waris Islam, setiap pribadi, apakah dia laki-laki atau perempuan, berhak memiliki harta benda dari harta peninggalan.

 

Mawaris merupakan serangkaian kejadian mengenai pengalihan pemilikan hartabenda dari seorang yang meninggal dunia kepada seseorang yang masih hidup. Dengan demikian, untuk terwujudnya kewarisan harus ada tiga unsur, yaitu:1) orang mati, yang disebut pewaris atau yang mewariskan, 2) harta milik orang yang mati atau orang yang mati meninggalkan harta waris, dan 3) satu atau beberapa orang hidup sebagai keluarga dari orang yang mati, yang disebut sebagai ahli waris.

 

Ilmu mawaris adalah ilmu yang diberikan status hukum oleh Allah Swt. sebagai ilmu yang sangat penting, karena ia merupakan ketentuan Allah Swt. dalam firman-Nya yang sudah terinci sedemikian rupa tentang hukum mawaris, terutama mengenai ketentuan pembagian harta warisan (al-fµrud al- muqaddarah).

 

Warisan dalam bahasa Arab disebut al-mīrās merupakan bentuk masdar (infinitif) dari kata wari¡a-yari¡u-irsan- mīrā¡an yang berarti berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain, atau dari suatu kaum kepada kaum lain.

 

Warisan berdasarkan pengertian di atas tidak hanya terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan harta benda saja namun termasuk juga yang nonharta benda. Ayat al-Qur±n yang menyatakan demikian diantaranya terdapat dalam Q.S. an-Naml/27:16: “Dan Sulaiman telah mewarisi Daud.”

 

Demikian juga dalam hadis Nabi saw. disebutkan yang artinya: “Sesungguhnyaulama itu adalah pewaris para Nabi.”

 

Adapun menurut istilah, warisan adalah berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkan itu berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang berupa hak milik legal secara syar’i.

 

Definisi lain menyebutkan bahwa warisan adalah perpindahan kekayaan seseorang yang meninggal dunia kepada satu atau beberapa orang beserta akibat-akibat hukum dari kematian seseorang terhadap harta kekayaan.

 

Ilmu mawaris biasa disebut dengan ilmu far±idh, yaitu ilmu yang membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan harta warisan, yang mencakup masalah-masalah orang yang berhak menerima warisan, bagian masing-masing dan cara melaksanakan pembagiannya, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan ketiga masalah tersebut.


 

 

 

7.  Kelas XII SMA/MA/SMK/MAK


C. Dasar-Dasar Hukum Waris

 

Sumber hukum ilmu mawaris yang paling utama adalah al-Qur±n, kemudian As-Sunnah/hadis dan setelah itu ijma’ para ulama serta sebagian kecil hasil ijtihad para mujtahid.

 

8.      Al-Qur±n

 

Dalam Islam saling mewarisi di antara kaum muslimin hukumnya adalah wajib berdasarkan al-Qur±n dan Hadis Rasulullah saw. Banyak ayat al-Qur±n yang mengisyaratkan tentang ketentuan pembagian harta warisan ini. Di antaranya firman Allah Swt. dalam Q.S. an-Nis±’/4:7:

 

 

 

 

 

 

Artinya: “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan”.

 

Ayat-ayat lain tentang mawaris terdapat dalam berbagai surat, seperti dalam Q.S. an-Nis±’/4:7 sampai dengan 12 dan ayat 176, Q.S an-Nahl/16:75 dan Q.S al-Ahz±b/33: ayat 4, sedangkan permasalahan yang muncul banyak diterangkanoleh As-Sunnah, dan sebagian sebagai hasil ijma’ dan ijtihad.

 

 

9.      As-Sunnah

 

a.   Hadis dari Ibnu Mas’ud berikut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Artinya: Dari Ibnu Mas’ud, katanya: Bersabda Rasulullah saw..: “Pelajarilahal-Qur±n dan ajarkanlah ia kepada manusia, dan pelajarilah al faraidh dan ajarkanlah ia kepada manusia. Maka sesungguhnya aku ini manusia yang akan mati, dan ilmu pun akan diangkat. Hampir saja nanti akan terjadi dua


 

 

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti    153


orang yang berselisih tentang pembagian harta warisan dan masalahnya; maka mereka berdua pun tidak menemukan seseorang yang memberitahukan pemecahan masalahnya kepada mereka”. (¦.R. Ahmad).

 

           Hadis dari Abdullah bin ‘Amr, bahwa Nabi saw. bersabda:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Artinya: “Ilmu itu ada tiga macam dan yang selain yang tiga macam itu

 

sebagai tambahan saja: ayat muhkamat, sunnah yang datang dari Nabi dan faraidh yang adil”. (¦.R. AbµDaµd dan Ibnu M±jah).

 

Berdasarkan kedua hadis di atas, maka mempelajari ilmu faraidh adalah fardhu kifayah, artinya semua kaum muslimin akan berdosa jika tidakada sebagian dari mereka yang mempelajari ilmu faraidh dengan segala kesungguhan.

 

10.    Posisi Hukum Kewarisan Islam di Indonesia

 

Hukum kewarisan Islam di Indonesia merujuk kepada ketentuan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), mulai pasal 171 diatur tentang pengertian pewaris, harta warisan dan ahli waris. Kompilasi Hukum Islam merupakan kesepakatan para ulama dan perguruan tinggi berdasarkan Inpres No. 1 Tahun 1991.Yang masih menjadi perdebatan hangat adalah keberadaan pasal 185 tentang ahli waris pengganti yang memang tidak diatur dalam fiqih Islam.

 

Di bawah ini secara ringkas dapat dikemukakan tabel hukum waris Islam menurut Kompilasi Hukum Islam.

 

 

 

 

 

Tabel 8.1

 

 

 

 

 

 

 

Mawaris menurut KHI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sebab/

 

 

 

 

 

Dasar Hukum

 

Ahli waris

Syarat

 

 

 

 

 

Al-Qur'±n/

 

Hubungan

 

Harta Waris

Pasal KHI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hadis

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bila tidak ada anak/

¼

 

 

Perkawinan

1

 

Istri/Janda

cucu

an-Nis±':12

180

 

 

(yang

 

 

 

Bila ada anak/cucu

1/8

 

 

masih

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bila tidak ada anak/

 

 

 

terikat

 

 

 

½

 

 

2

 

Suami/duda

cucu

an-Nis±':12

179

status)

 

 

 

 

 

 

Bila ada anak/cucu

¼

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

11.                Kelas XII SMA/MA/SMK/MAK


 

 

Sebab/

 

 

 

 

 

Dasar Hukum

 

Ahli waris

Syarat

 

 

 

 

 

Al-Qur'±n/

 

Hubungan

 

Harta Waris

Pasal KHI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hadis

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sendirian (tidak ada

½

 

 

 

 

 

 

anak dan cucu lain)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Anak

 

 

 

 

 

1

 

Dua anak

 

an-Nis±':11

 

 

 

Perempuan

 

 

 

 

 

perempuan (tidak

2/3

 

 

 

 

 

 

ada anak/cucu laki-

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

laki)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

176

 

 

 

 

Sendirian atau

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

bersama anak/cucu

 

an-Nis±':11

 

 

 

 

Anak laki-

lain (laki-laki atau

 

 

 

2

 

perempuan).

Asabah

Hadis

 

 

 

laki

 

 

 

 

Ket: Anak laki-laki

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2 kali lipat anak

 

 

 

 

 

 

 

perempuan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ayah

Bila tidak ada anak/

1/3

 

 

 

3

 

cucu

an-Nis±':11

177

 

 

Kandung

 

Nasab/

 

 

Bila ada anak/cucu

1/6

 

 

 

 

 

 

 

Hubungan

 

 

 

Bila tidak ada anak,

 

 

 

Darah

 

 

 

cucu,dua saudara/

1/3

 

 

 

 

 

 

lebih, ayah kandung

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bila ada anak,

 

 

 

 

 

 

 

cucu, tidak ada dua

1/6

 

 

 

 

 

 

saudara/lebih, tidak

an-Nis±':11

 

 

4

Ibu kandung

 

178

 

 

 

 

ada ayah kandung

 

 

 

 

 

 

 

Bila tidak ada anak,

1/3 dari

 

 

 

 

 

 

cucu, dua/lebih

sisa setelah

 

 

 

 

 

 

saudara perempuan,

diambil istri/

 

 

 

 

 

 

tetapi ada ayah

janda atau

 

 

 

 

 

 

kandung

suami/duda

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sendirian, tidak ada

 

 

 

 

 

 

Saudara

anak, cucu, ayah

1/6

 

 

 

5

 

laki-laki /

kandung

 

an-Nis±':12

181

 

 

perempuan

Dua orang/lebih,

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

seibu

tidak ada anak,cucu,

1/3

 

 

 

 

 

 

ayah kandung

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti    155


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sebab/

 

 

 

 

 

Dasar Hukum

 

 

 

 

 

 

Ahli waris

Syarat

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Al-Qur'±n/

 

 

 

 

 

 

Hubungan

 

Harta Waris

Pasal KHI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hadis

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Saudara

Sendirian, tidak ada

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

anak, cucu, ayah

1/2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

perempuan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

kandung

 

an-Nis±':12

 

 

 

 

 

 

 

6

 

sekandung/

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dua orang/lebih,

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Seayah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

tidak ada anak, cucu,

2/3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ayah kandung

 

 

182

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Saudara

Sendirian atau

Ashabah

 

 

 

 

 

 

 

Nasab/

 

 

setelah

an-Nis±':12

 

 

 

 

 

 

 

 

laki-laki

bersama saudara

 

 

 

 

 

 

7

 

dibagi

Hadis

 

 

 

 

 

 

Hubungan

 

sekandung/

lain, tidak ada anak,

 

 

 

 

 

 

 

 

pembagian

 

 

 

 

 

 

 

Darah

 

 

seayah

cucu, ayah kandung

 

 

 

 

 

 

 

 

 

lain

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Menggantikan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

kedudukan

Sesuai yang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

orangtuanya yang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Cucu/

diganti

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

menjadi ahli waris.

Tidak ada/

 

 

 

 

 

 

 

8

 

keponakan

dudukannya

185

 

 

 

 

 

 

 

Persyaratan berlaku

ijtih±d

 

 

 

 

 

 

 

 

 

sebagai ahli

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

sesuai dengan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

waris

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

kedudukan ahli

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

waris yang diganti

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

D. Ketentuan Mawaris dalam Islam

 

12.    Ahli Waris

 

Jumlah ahli waris yang berhak menerima harta warisan dari seseorang yang meninggal dunia ada 25 orang, yaitu 15 orang dari ahli waris pihak laki-laki yang biasa disebut ahli waris ashabah (yang bagiannya berupa sisa setelah diambil oleh ©±wil furµd) dan 10 orang dari ahli waris pihak perempuan yang biasa disebut ahli waris ©±wil furµd (yang bagiannya telah ditentukan).

 

 

Coba kalian buka, baca, dan pahami Q.S.an-Nis±’/4:7 serta perhatikan bagan ahli waris di bawah ini,kemudian kalian jelaskan susunan ahli waris keluarga kalian secara bergantian di depan kelasmu!


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

13.                Kelas XII SMA/MA/SMK/MAK


Bagan

 

Ahli Waris

 

VI

V   5

 

 

 

 

11

13

IV   4

 

 

Keterangan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kaum Laki-laki:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1.

Suami

 

 

ISTRI / SUAMI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.

Anak laki-laki

10    IX    VII

 

I

 

1

 

6

 

8   VIII

12   14

 

 

 

 

 

 

 

 

3.

Anak laki-laki dari anak laki-laki

 

 

 

 

 

Keterangan

4.

Ayah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5.

Kakek

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kaum Perempuan:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

6.

Saudara laki-laki sekandung

 

 

 

 

 

 

 

 

I.

Istri

7.

Anak laki-laki dari saudara laki-laki

 

 

 

 

 

 

 

 

II.

Anak Perempuan

 

sekandung

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

III.

Anak perempuan dari anak laki-

8.

Saudara laki-laki seayah

II

 

2

 

7

9

laki

9.

Anak laki-laki dan saudara laki-laki seayah

 

 

 

 

 

 

 

 

IV.

Ibu

10.

Saudara laki-laki seibu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

V.

Ibunya Bapak

11.

Paman kandung

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

VI. Ibunya Ibu

12.

Anak laki-laki dari paman kandung

 

 

 

 

 

 

 

 

VII. Saudara perempuan sekandung

13.

Paman seayah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

VIII. Saudara perempuan seayah

14.

Anak laki-laki dari paman seayah

 

III

3

 

 

IX. Saudara perempuan seibu

 

Gambar 8.6: Bagan ahli waris.

 

 

14.    Syarat-Syarat Mendapatkan Warisan

 

Seorang muslim berhak mendapatkan warisan apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.

 

           Tidak adanya salah satu penghalang dari penghalang-penghalang untuk mendapatkan warisan.

 

           Kematian orang yang diwarisi, walaupun kematian tersebut berdasarkan vonis pengadilan. Misalnya hakim memutuskan bahwa orang yang hilang itu dianggap telah meninggal dunia.

 

           Ahli waris hidup pada saat orang yang memberi warisan meninggal dunia. Jadi, jika seorang wanita mengandung bayi, kemudian salah seorang anaknya meninggal dunia, maka bayi tersebut berhak menerima warisan dari saudaranya yang meninggal itu, karena kehidupan janin telah terwujud pada saat kematian saudaranya terjadi.


 

 

 

 

 

 

 

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti    157


15.    Sebab-Sebab Menerima Harta Warisan

 

Seseorang mendapatkan harta warisan disebabkan salah satu dari beberapa sebab sebagai berikut.

 

           Nasab (keturunan), yakni kerabat yaitu ahli waris yang terdiri dari bapakdari orang yang diwarisi atau anak-anaknya beserta jalur kesampingnya saudara-saudara beserta anak-anak mereka serta paman-paman dari jalur bapak beserta anak-anak mereka. Allah Swt. berfirman dalam Q.S.an-Nis±’/4:33:

 

Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu bapakdan karib kerabat, Kami jadikan pewaris-pewarisnya...

 

           Pernikahan, yaitu akad yang sah untuk menghalalkan berhubungan suami isteri, walaupun suaminya belum menggaulinya serta belum berduaan dengannya. Allah Swt. berfirman dalam Q.S. an-Nis±’/4:12:

 

“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak.”

 

Suami istri dapat saling mewarisi dalam talak raj’i selama dalam masa idah dan ba’in, jika suami menalak istrinya ketika sedang sakit danmeninggal dunia karena sakitnya tersebut.

 

           Wala’, yaitu seseorang yang memerdekakan budak laki-laki atau budakwanita. Jika budak yang dimerdekakan meninggal dunia sedang ia tidak meninggalkan ahli waris, maka hartanya diwarisi oleh yang memerdekakannya itu. Rasulullah saw. bersabda,

 

 

 

“. . . Wala’ itu milik orang yang memerdekakannya . . .” (HR. al-Bukhari dan

 

Muslim).

 

(Sumber: shahih Bukhari, No. Hadist: 6254, Kitab: Fara’idl, Bab: Wala` bagi yang memerdekakan dan warisan anak temuan)

 

16.    Sebab-Sebab Tidak Mendapatkan Harta Warisan

 

Sebab-sebab yang menghalangi ahli waris menerima bagian warisan adalah sebagai berikut.

 

           Kekafiran. Kerabat yang muslim tidak dapat mewarisi kerabatnya yang kafir, dan orang yang kafir tidak dapat mewarisi kerabatnya yang muslim.


 

 

 

 

 

17.                Kelas XII SMA/MA/SMK/MAK


Dari Usamah bin Zaid radliallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang muslim tidak mewarisi orang kafir, dan orangkafir tidak mewarisi orang muslim.” (H.R. Bukhari).

 

(Sumber: Shahih Bukhari, No. Hadist: 6267, Kitab: Fara’idl, Bab: Muslim tidak mewarisi orang kafir, dan sebaliknya)

 

18.    Pembunuhan. Jika pembunuhan dilakukan dengan sengaja, maka pembunuh tersebut tidak bisa mewarisi yang dibunuhnya, berdasarkan hadis Nabi saw.:

 

“Pembunuh tidak berhak mendapatkan apapun dari harta peninggalan orang yang dibunuhnya.” (¦R. Ibnu Abdil Bar)

 

19.    Perbudakan. Seorang budak tidak dapat mewarisi ataupun diwarisi, baik budak secara utuh ataupun sebagiannya, misalnya jika seorang majikan menggauli budaknya hingga melahirkan anak, maka ibu dari anak majikan tersebut tidak dapat diwarisi ataupun mewarisi. Demikian juga mukatab (budak yang dalam proses pemerdekaan dirinya dengan cara membayar sejumlah uang kepada pemiliknya), karena mereka semua tercakup dalam perbudakan. Namun demikian, sebagian ulama mengecualikan budak yang hanya sebagiannya dapat mewarisi dan diwarisi sesuai dengan tingkat kemerdekaan yang dimilikinya, berdasarkan sebuah hadis Rasulullah saw.,yang artinya: “Ia (seorangbudak yang merdeka sebagiannya) berhak mewarisi dan diwarisi sesuai dengan kemerdekaan yang dimilikinya.”

 

20.    Perzinaan. Seorang anak yang terlahir dari hasil perzinaan tidak dapat diwarisi dan mewarisi bapaknya. Ia hanya dapat mewarisi dan diwarisi ibunya.

 

 

 

 

 

 

 

 

Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha mengatakan, Sa’d dan Ibnu Zam’ah bersengketa, lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Anak laki-laki itu milikmu hai Abd bin Zam’ah, karena anak itu milik pemilik kasur, dan berhijablah engkau darinya ya Saudah!” Sedang Qutaibah menambah redaksi kepada kami dari Al Laits; “dan bagi pezina adalah

batu.” (H.R.Bukhari).

 

(Sumber: Shahih Bukhari, No. Hadist: 6318, Kitab: Hukum hudud, Bab: Pezina hukuman nya batu (rajam))


 

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti    159


        Li’an. Anak suami isteri yang melakukan li’an tidak dapat mewarisidan diwarisi bapak yang tidak mengakuinya sebagai anaknya. Hal ini diqiyaskan dengan anak dari hasil perzinaan.

 

21.    Ketentuan Pembagian Harta Harisan

 

Pembagian harta warisan dari seseorang yang meninggal dunia merupakan hal yang terakhir dilakukan.Ada beberapa hal yang harus dilakukan sebelum harta warisan dibagikan.Selain pengurusan jenazah, wasiat dan hutang si mayatlah yang harus terlebih dahulu ditunaikan. Dalam al-Qur±n terdapat ayat-ayat yang menegaskan bahwa pembagian harta warisan dilaksanakan setelah penunaian wasiat dan utang si mayit, seperti yang terdapat dalam Q.S. an-Nis±’/4:11.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Artinya: “Allah Swt. mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan, dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya”.(Q.S. an-Nis±’/4:11).

 

Ahli waris dalam pembagian harta warisan terbagi dua macam yaitu ahli waris z±wil furµd (yang bagiannya telah ditentukan) dan ahli waris ashabah (yang bagiannya berupa sisa setelah diambil oleh z±wil furµd ).


 

 

 

 

22.                Kelas XII SMA/MA/SMK/MAK


23.    Ahli waris Z±wil Furµd

 

Ahli waris yang memperoleh kadar pembagian harta warisan telah diatur oleh Allah Swt. dalam Q.S. an-Nis±’/4 dengan pembagian terdiri dari enam kelompok, penjelasan sebagaimana di bawah ini.

 

        Mendapat ½

 

        Suami, jika istri yang meninggal tidak ada anak laki-laki, cucu perempuan atau laki-laki dari anak laki-laki.

        Anak perempuan, jika tidak ada saudara laki-laki atau saudara perempuan.

        Cucu perempun, jika sendirian; tidak ada cucu laki-laki dari anak laki-laki

        Saudara perempuan sekandung jika sendirian; tidak ada saudara laki-laki, tidak ada bapak, tidak ada anak atau tidak ada cucu dari anak laki-laki.

        Saudara perempuan sebapak sendirian; tidak ada saudara laki-laki, tidak ada bapak atau cucu laki-laki dari anak laki-laki.

 

        Mendapat ¼

 

        Suami, jika istri yang meninggal tidak memiliki anak laki-laki atau cucu laki-laki atau perempuan dari anak laki-laki.

        Istri, jika suami yang meninggal tidak memiliki anak laki-laki atau cucu laki-laki atau perempuan dari anak laki-laki.

 

        Mendapat 1/8

 

Yang berhak mendapatkan bagian 1/8 adalah istri, jika suami memiliki anak atau cucu laki-laki atau perempuan dari anak laki-laki.Jika suami memiliki istri lebih dari satu, maka 1/8 itu dibagi rata di antara semua istri.

 

        Mendapat 2/3

 

        Dua anak perempuan atau lebih, jika tidak ada anak laki-laki.

 

        Dua cucu perempuan atau lebih dari anak laki-laki, jika tidak ada anak laki-laki atau perempuan sekandung.

        Dua saudara perempuan sekandung atau lebih, jika tidak ada saudara perempuan sebapak atau tidak ada anak laki-laki atau perempuan sekandung atau sebapak.

        Dua saudara perempuan sebapak atau lebih, jika tidak ada saudara perempuan sekandung, atau tidak ada anak laki-laki atau perempuan sekandung atau sebapak.

        Mendapat 1/3

 

        Ibu, jika yang meninggal dunia tidak memiliki anak laki-laki, cucu perempuan atau laki-laki dari anak laki-laki, tidak memiliki dua saudara atau lebih baik laki-laki atau perempuan.

        Dua saudara seibu atau lebih, baik laki-laki atau perempuan, jika yang meninggal tidak memiliki bapak, kakek, anak laki-laki, cucu laki-laki atau perempuan dari anak laki-laki.


 

 

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti    161


        Kakek, jika bersama dua orang saudara kandung laki-laki, atau empat saudara kandung perempuan, atau seorang saudara kandung laki-laki dan dua orang saudara kandung perempuan.

 

        Mendapat 1/6

 

        Ibu, jika yang meninggal dunia memiliki anak laki-laki atau cucu laki-laki, saudara laki-laki atau perempuan lebih dari dua yang sekandung atau sebapak atau seibu.

        Nenek, jika yang meninggal tidak memiliki ibu dan hanya ia yang mewarisinya. Jika neneknya lebih dari satu, maka bagiannya dibagi rata.

        Bapak secara mutlak mendapat 1/6, baik orang yang meninggal memiliki anak atau tidak.

        Kakek, jika tidak ada bapak.

        Saudara seibu, baik laki-laki atau perempuan, jika yang meninggal dunia tidak memiliki bapak, kakek, anak laki-laki, cucu perempuan atau laki-laki dari anak laki-laki.

        Cucu perempuan dari anak laki-laki, jika bersama dengan anak perempuan tunggal; tidak ada saudara laki-laki, tidak ada anak laki-laki paman dari bapak.

        Saudara perempuan sebapak, jika ada satu saudara perempuan sekandung, tidak memiliki saudara laki-laki sebapak, tidak ada ibu, tidak ada kakek, tidak ada anak laki-laki.

 

24.    Ahli Waris ‘Aºabah

 

Ahli waris aºabah adalah perolehan bagian dari harta warisan yang tidak ditetapkan bagiannya dalam furµd yang enam (1/2, 1/4, 1/3, 2/3, 1/6, 1/8), tetapi mengambil sisa warisan setelah aºh±bul furµd mengambil bagiannya. Ahli waris ashabah bisa mendapatkan seluruh harta warisan jika ia sendirian, atau mendapatkan sisa warisan jika ada ahli waris lainnya, atau tidak mendapatkan apa-apa jika harta warisan tidak tersisa, berdasarkan sabda Rasulullah saw.:

 

 

 

 

 

 

Dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Berikanlah bagian fara’idh (warisan yang telah ditetapkan) kepada yang berhak, maka bagian yang tersisa bagi pewaris lelaki yang paling dekat (nasabnya).” (H.R. Bukhari)

 

(Sumber: Shahih Bukhari, No. Hadist: 6235, Kitab: Fara’idl, Bab: Warisan anak dari ayah atau ibunya)


 

 

25.                Kelas XII SMA/MA/SMK/MAK


Bila salah seorang di antara ahli waris didapati seorang diri, maka berhak mendapatkan semua harta warisan, namun bila bersama aºh±bul furµd, ia menerima sisa bagian dari mereka. Dan bila harta warisan habis terbagi oleh aºh±bul furµd, maka ia tidak mendapatkan apa-apa dari harta warisan tersebut.

 

Berikut ini adalah beberapa contoh kasus.

 

●● Ahli waris ‘a£abah mengambil seluruh harta warisan, jika ia sendiri atau tidak ada ahli waris lain.

 

Seseorang wafat

meninggalkan seorang anak laki-laki

 

 

Seorang anak laki-laki

memperoleh seluruh harta a£abah

 

 

 

●●  Ahli waris ‘a£abah mengambil sisa warisan setelah ahli waris furµd

 

Seorang wafat

meninggalkan istri, anak perempuan,

 

ibu dan paman

 

 

Istri

memperoleh 1/8 berdasarkan

 

ketentuan furµd

 

 

Anak Perempuan

memperoleh 1/2 berdasarkan

 

ketentuan furµd

 

 

Ibu

memperoleh 1/6 berdasarkan

 

ketentuan furµd

 

 

Paman

memperoleh sisanya secara ‘a£abah

 

 

 

Jika harta warisan tidak tersisa, ahli waris ‘a£abah tidak mendapatkan apa-apa

 

Seorang wafat

meninggalkan dua saudara kandung

 

perempuan, dua saudara perempuan

 

seibu dan anak saudara (kemenakan)

 

 

Dua saudara kandung

memperoleh 2/3 berdasarkan

perempuan

ketentuan furµd

 

 

Dua saudara perempuan

memperoleh 2/3 berdasarkan

seibu

ketentuan furµd

 

 

anak saudara (kemenakan)

Tidak mendapatkan apa-apa

 

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti    163


Ahli waris ‘a£abah terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

 

26.     A£abah binnas±b (hubungan nasab), terbagi menjadi 3 bagian yaitu:

 

        A£abah bi an-nafsi, yaitu semua ahli waris laki-laki (kecuali suami,saudara laki-laki seibu, dan mu’tiq yang memerdekakan budak), mereka adalah sebagai berikut.

 

   1) Anak laki-laki

 

   2) Putra dari anak laki-laki seterusnya ke bawah

 

   3) Ayah

 

   4) Kakek ke atas

 

   5) Saudara laki-laki sekandung

 

   6) Saudara laki-laki seayah

 

   7) Anak saudara laki-laki sekandung dan seterusnya ke bawah

 

   8) Anak saudara laki-laki seayah

 

   9) Paman sekandung

 

27.   Paman seayah

 

28.   Anak laki-laki paman sekandung dan seterusnya ke bawah

 

29.   Anak laki-laki paman seayah dan seterusnya ke bawah

 

Untuk lebih memahami derajat kekuatan hak waris ‘a£abah bi an-nafsi, maka kedua belas ahli waris di atas dapat dikelompokkanmenjadi empat arah yaitu, sebagai berikut.

 

30.   Arah anak, mencakup seluruh anak laki-laki keturunan anak laki-laki, mulai cucu, cicit dan seterusnya.

 

31.   Arah bapak, mencakup ayah, kakek dan seterusnya dari pihak laki-laki, misalnya ayah dari bapak, ayah dari kakek, dan seterusnya.

 

32.   Arah saudara laki-laki, mencakup saudara kandung laki-laki, saudara laki-laki seayah, termasuk keturunan mereka, namun hanya yang laki-laki. Adapun saudara laki-laki seibu tidak termasuk, karena termasuk aŝhabul furūd.

 

33.   Arah paman, mencakup paman kandung dan paman seayah, termasuk keturunan mereka dan seterusnya.

 

Apabila dalam pembagian harta warisan terdapat beberapa ahli waris aŝabah bi an-nafsi, maka pengunggulannya dilihat dari segi arah. Arah anak lebih didahulukan dari yang lain. Jika anak tidak ada, maka cucu laki-laki dari keturunan laki-laki dan seterusnya.


 

 

 

34.                Kelas XII SMA/MA/SMK/MAK


Apabila dalam pembagian harta warisan terdapat beberapa ahli waris aŝabah bi an-nafsi, sedangkan mereka berada dalam satu arah, maka pengunggulannya dilihat dari derajat kedekatannya kepada pewaris, misalnya seseorang wafat meninggalkan anak serta cucu keturunan anak laki-laki.Maka hak waris secara ‘ashabah diberikan kepada anak, sementara cucu tidak mendapatkan bagian apapun dari warisan tersebut.

 

Adapun dasar hukum didahulukannya anak dari pada ibu bapak adalah firman Allah Swt. dalam Q.S. an-Nisā’ /4:11, yaitu: “Dan untukdua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak.”

 

35. A£abah bil ghair

 

Ahli waris ‘a£abah bil ghair ada empat (4), semuanya dari kelompok wanita. Dinamakan ‘ashabah bil ghair adalah karena hak ‘a£abah keempat wanita itu bukanlah karena kedekatan kekerabatan mereka dengan pewaris, tetapi karena adanya ‘a£abah lain (‘a£abah binnafsih). Adapun ahli waris a£abah bil ghair yaitu:

 

         Anak perempuan bisa menjadi ‘a£abah bila bersama dengan saudara laki-lakinya.

 

         Cucu perempuan keturunan anak laki-laki bisa menjadi ‘a£abah bila bersama dengan saudara laki-lakinya atau anak laki-laki pamannya (cucu laki-laki dari anak laki-laki), baik yang sederajat dengannya atau bahkan lebih di bawahnya.

         Saudara kandung perempuan akan menjadi ‘a£abah bila bersama dengan saudara kandung laki-laki.

 

         Saudara perempuan seayah akan menjadi ‘a£abah bila bersama

 

dengan saudara laki-laki.

 

Dalam kondisi seperti ini bagian laki-laki dua kali lipat bagian perempuan.Mereka mendapatkan bagian sisa harta yang telah dibagi, jika harta telah habis terbagi, maka gugurlah hak waris bagi mereka.

 

36. A£abah ma’al gair

 

Orang yang termasuk ‘a£abah ma’al gair ada dua, yaitu seperti berikut ini.


 

 

 

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti    165


37. Saudara perempuan sekandung satu orang atau lebih berada bersama dengan anak perempuan satu atau lebih atau bersama putri dari anak laki-laki satu atau lebih atau bersama dengan keduanya.

 

38.  Saudara perempuan seayah satu orang atau lebih bersama dengan anak perempuan satu atau lebih atau bersama putri dari anak laki-laki satu atau lebih atau bersama dengan keduanya.

 

Adapun landasan hukum adanya ‘a£abah ma’al gair adalah hadis Rasulullah saw. bahwa Abu Musa al-Asy’ari ditanya tentang hak waris anak perempuan, cucu perempuan keturunan anak laki-laki, dan saudara perempuan sekandung atau seayah. Abu Musa menjawab: “Bagian anak perempuan separo dan saudara perempuanseparo.” (¦R. Al-Bukhari).

 

 

Aktivitas Siswa

 

Diskusikan dengan kelompok kalian tentang perbedaan a£abah bil gair dan‘a£abah ma’al gair, kemudian presentasikan di depan kelas!

 

 

39.    A£abah bissabab (karena Sebab)

 

Yang termasuk ‘asabah bissabab (karena sebab) adalah orang-orang yang membebaskan budak, baik laki-laki atau perempuan.

 

Dari penjelasan tentang pembagian harta warisan di atas, jika semua ahli waris itu ada atau berkumpul, maka ada tiga kondisi yang harus diperhatikan, seperti berikut ini.

 

        Jika semua ahli waris laki-laki berkumpul, maka yang berhak mendapatkan warisan hanyalah 3 orang yaitu: ayah, anak-laki-laki dan suami, dengan pembagian ayah 1/6, suami 1/4 dan sisanya adalah anak laki-laki (a£abah).

 

        Jika semua ahli waris perempuan berkumpul, maka yang berhak mendapatkan warisan adalah 5 orang yaitu: istri 1/8, ibu 1/6, anak perempuan ½, dan sisanya saudara perempuan sekandung sebagai ‘a£abah.

 

        Jika terkumpul semua ahli waris laki-laki dan perempuan, maka yang berhak mendapatkan warisan adalah lima orang yaitu:


 

40.                Kelas XII SMA/MA/SMK/MAK


ibu, bapak, anak laki-laki, anak perempuan, suami/istri dengan pembagian sebagai berikut.

 

41. Jika pada ahli waris tersebut terdapat istri, maka bagian ayah 1/6, ibu 1/6, istri 1/8, dan sisanya anak laki-laki dan perempuan sebagai ‘a£abah dengan ketentuan anak laki-laki dua kali lipat anak perempuan.

 

42. Jika pada ahli waris tersebut terdapat suami, maka bagian ayah 1/6, ibu 1/6, suami 1/4 dan sisanya anak laki-laki dan perempuan sebagai ‘a£abah dengan ketentuan anak laki-laki dua kali lipat anak perempuan.

 

Aktivitas Siswa

 

Cari teks ayat-ayat dan hadis tersebut di atas tentang mawaris, tulis teks aslinya dan jelaskan kandungannya. Kemudian presentasikan di depan kelas!

 

 

 

E. Mempraktikkan Pelaksanaan Pembagian Waris dalam Islam

 

Di bawah ini diberikan contoh-contoh kasus (masalah) dan pembagian warisan berdasarkan syariat Islam.

 

43.    Seseorang meninggal dunia, meninggalkan harta sebesar Rp.180.000.000,00. Ahli warisnya terdiri atas istri, ibu dan 2 anak laki-laki.

Hasilnya adalah:

 

Pembagian bagian Isteri 1/8, Ibu 1/6 dan 2 anak laki-laki ‘a£abah. Asal masalahnya dari 1/8 dan 1/6 (KPK = Kelipatan Persekutuan Terkecil dari bilangan penyebut 8 dan 6) adalah 24.

 

Maka pembagiannya adalah:

 

Istri                                   : 1/8 x 24  x Rp. 180.000.000,00 = Rp. 22.500.000,00

 

Ibu                                    : 1/6 x 24     x Rp. 180.000.000,00 = Rp. 30.000.000,00

Dua anak laki-laki    : 24 – (3+4 ) x Rp. 180.000.000,00 = Rp.127.500.000,00

Masing-masing anak laki-laki memperoleh mawaris

 

sebesar = Rp. 127.500.000,00 : 2 = Rp.63.750.000,00

 

44.    Penghitungan dengan menggunakan ‘aul. Seseorang meninggal dunia, meninggalkan harta sebesar Rp. 42.000.000. Ahli warisnya terdiri atas suami dan 2 saudara perempuan sekandung.

 

Pembagian hasilnya adalah sebagai berikut.


 

 

 

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti    167


Bagian suami 1/2 dan bagian dua saudara perempuan sekandung 2/3. Asal masalahnya dari 1/2 dan 2/3 (KPK= Kelipatan Persekutuan Terkecil dari bilangan penyebut 2 dan 3) adalah 6, sementara pembilangnya adalah 7, maka terjadi 7/6. Untuk penghitungan dalam kasus ini harus menggunakan ‘aul, yaitu dengan menyamakan penyebut dengan pembilangnya. (aulnya:1),sehingga masing-masing bagian menjadi.

 

Suami mendapatkan                              : 3/7 × Rp. 42.000.000=Rp.18.000.000,00

Dua saudara perempuan sekandung : 4/7 × Rp. 42.000.000=Rp.24.000.000,00

 

 

45.    Penghitungan dengan menggunakan rad. Seorang meninggal dunia, meninggalkan harta sebesar 120.000.000. Ahli warisnya terdiri dari ibu dan seorang anak perempuan.

 

Pembagian hasilnya adalah sebagai berikut.

 

Bagian ibu 1/6 dan bagian satu anak perempuan adalah 1/2.Asal masalahnya dari 1/6 dan 1/2 (KPK dari bilangan penyebut 6 dan 2) adalah 6.Maka bagian masing-masing adalah 1/6 dan 3/6.Dalam hal ini masih tersisa harta waris sebanyak 2/6.Untuk penghitungan dalam kasus ini harus menggunakan rad, yaitu membagikan kembali harta waris yang tersisa kepada ahli warisnya.Jika dilihat bagian ibu 1/6 dan satu anak perempuan 3/6, maka perbandingannya adalah 1:3, maka 1/6 + 3/6 = 4/6, dijadikan 4/4 dengan perbandingan 1:3, maka hasilnya adalah.

 

Ibu mendapatkan

:  1/4 ×

Rp.120.000.000,00 =

 

Rp.30.000.000,00

Satu anak perempuan mendapatkan

:  3/4 ×

Rp.120.000.000,00 =

 

Rp.90.000.000,00

 

 

 

Aktivitas Siswa

 

46.    Carilah kasus yang terjadi di sekitar tempat tinggalmu, keluarga yang melaksanakan pembagian harta warisan berdasarkan hukum waris Islam!

47.    Lakukan wawancara dengan salah satu anggota keluarga tersebut terkait dengan kesulitan-kesulitan yang dialami!

 

48.    Laporkan hasil wawancaramu!


 

 

 

 

 

 

 

 

 

49.                Kelas XII SMA/MA/SMK/MAK


F.  Manfaat Hukum Waris Islam

 

Hukum waris Islam ini memberi jalan keluar yang adil untuk semua ahli waris.

 

Berikut ini, beberapa manfaat yang dapat dirasakan, yaitu sebagai berikut.

 

50.    Terciptanya ketenteraman hidup dan suasana kekeluargaan yang harmonis. Syariah adalah sumber hukum tertinggi yang harus ditaati. Orang yang paling durhaka adalah orang yang tidak mematuhi/menaati hukum syariah. Syariah itu sendiri diturunkan untuk kebaikan umat Islam dan memberi jalan keluar yang paling sesuai dengan karakter dan watak dari masing-masing manusia. Syariah menjadi hukum tertinggi yang harus ditaati, dan diterima dengan ikhlas.

 

51.    Manciptakan keadilan dan mencegah konflik pertikaian. Keadilan yang telah diterapkan, mencegah munculnya berbagai konflik dalam keluarga yang dapat berujung pada tragedi pertumpahan darah. Meski dalam praktiknya, selalu saja muncul penentangan yang bersumber dari akal pikiran.

52.    Peduli Kepada Orang Lain sebagai Cerminan Pelaksanaan Ketentuan Waris dalam Islam.

 

Melaksanakan sepuluh asas dalam hukum waris Islam,yaitu;.Asas integrity/ ketulusan (Q.S Ali ‘Imran/3: 85)Asas ta’abbudi /penghambaan diri (Q.S. An Nissa’/4: 13-14),Asas Huququl Maliyah/Hak-Hak kebendaan (KHI pasal 175),Asas Huququn thabi’iyah /Hal-Hak Dasar, Asas ijbari /keharusan, kewajiban,Asas bilateral, (Q.S. An-Nisaa’/4:7dan Q.S. An-Nisaa’/4:11-12) (Q.S. An-Nisaa’/4:176), Asas individual, (Q.S. An-Nisaa’/4:8 dan Q.S. An-Nisaa’/4:33), Asas keadilan yang berimbang (Q.S. Al-Baqarah /2:233 dan Q.S. Ath-Thalaaq/65:7), Asas kematian, dan Asas membagi habis harta warisan. (KHI Pasal; 192 & 193),akan menumbuhkan kepedulian kepada orang lain sebagai cerminan pelaksanaan ketentuan waris dalam Islam.

 

Aktivitas Siswa

 

53.    Temukan hikmah dan manfaat lain dari pelaksanaan hukum waris Islam, dengan menganalisis materi di atas!

 

54.    Diskusikan dengan temanmu!

 

 

Menerapkan Perilaku Mulia

 

 

Sikap dan perilaku mulia yang harus kita kembangkan sebagai implementasi dari penerapan hukum mawaris antara lain seperti berikut ini.


 

 

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti    169


55.    Meyakini bahwa hukum waris merupakan ketetapan Allah Swt. yang paling lengkap dijelaskan oleh al-Qur±n dan hadis Nabi.

 

56.    Hukum untuk mempelajari ilmu waris adalah fardzu kifayah, karena itu setiap muslim harus ada yang mempelajarinya.

 

57.    Meninggalkan keturunan dalam keadaan berkecukupan lebih baik dari pada meninggalkannya dalam keadaan miskin, karena Islam memerintahkan,”Berikanlah sesuatu hak kepada orang yang memiliki hakitu”(¦R.al-Khamsah,kecuali an-Nas±i).

 

58.    Seseorang sebelum meninggal sebaiknya berwasiat, yaitu pesan seseorang ketika masih hidup agar hartanya disampaikan kepada orang tertentu atau tujuan lain, yang harus dilaksanakan setelah orang yang berwasiat itu meninggal (Q.S.an-Nis±’/4:11).

 

59.    Ayat-ayat al-Qur±n dalam menjelaskan pembagian harta kepada ahli waris menempatkan urutan kewarisan secara sistimatis didasarkan atas jauh dekatnya seseorang kepada si mayit yang meninggalkan harta warisan. Oleh karena itu, dalam menentukan ahli waris harus sesuai ketetapan hukum waris yaitu dimulai dari anak-anak yang dikategorikan sebagai keturunan langsung, kemudian kedua orangtua mayit (leluhur) dan terakhir kepada saudara-saudara yang dikelompokkan sisi dan ditambah dengan suami/isteri dari yang meninggal.

 

60.    Berhukum dengan hukum waris Islam merupakan suatu kewajiban, karena setiap pribadi, apakah dia laki-laki atau perempuan dari ahli waris, berhak memiliki harta benda hasil peninggalan sesuai ketentuan syariat Islam secara adil.

 

Tugas Kelompok

 

Kegiatan Kelompok

 

61.    Buatlah kelompok, setiap kelompok terdiri atas 6-7 orang!

 

62.    Diskusikan tentang masalah pembagian harta warisan antara ahli waris laki-laki dan ahli waris perempuan ditinjau dari ajaran Islam dan KHI, kemudian buat laporan secara kelompok dan presentasikan hasil diskusi kalian!


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

63.                Kelas XII SMA/MA/SMK/MAK


Rangkuman


 

 

 

64.    Ajaran Islam tidak hanya mengatur masalah ibadah, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, yang di dalamnya termasuk juga masalah kewarisan. Keberadaan warisan menjadi bukti bahwa orangtua harus bertanggung jawab terhadap keluarga, anak, dan keturunannya.

65.    Dasar hukum waris yang paling utama adalah Q.S.an-Nis±’/4:7-12 dan 176, Q.S.an-Nahl/16:75 dan Q.S.al-Ahzab/33:4 serta beberapa hadis Nabi saw.

66.    Posisi hukum kewarian Islam di Indonesia merujuk kepada ketentuan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan Inpres No.1 tahun 1991.

 

67.    Ketentuan-ketentuan tentang warisan adalah yang paling lengkap diuraikan secara rinci dalam al-Qur±n terutama mengenai ketentuan pembagian harta warisan (furudul muqaddarah). Hal ini menunjukkan bahwa persoalan ilmu mawaris dan hukum mempelajarinya perlu mendapat perhatian yang serius dari kaum muslimin.

 

68.    Orang yang memperoleh harta warisan dari orang yang meninggal dunia karena empat sebab, yaitu; sebab nasab hakiki, sebab nasab hukmi, sebabpernikahan dan sebab hubungan agama.

 

69.    Hal-hal yang perlu diselesaikan sebelum dilakukan pembagian waris, yaitu pengurusan jenazah, wasiat, dan hutang.

 

 

 

Mutiara Hadis

 

Ka’ab bin Malik ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, ”Dua serigala lapar yang dilepas di tengah-tengahsekumpulan domba tidak lebih merusak dari pada kerusakan pada agama seseorang karena ketamakannya terhadap harta dan kedudukan” .

 

(¦.R. Ahmad dan at-Tirm³z³)

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti    171


Evaluasi

 

 

Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d, atau e yang dianggap jawaban yang paling tepat!

 

1.    Sebelum Islam datang, perempuan tidak menerima harta warisan sedikit pun dengan dalih tidak memiliki konstribusi dalam membela kehormatan keluarga. Setelah Islam datang, sebagai agama rahmatan lil alamin, memberikan waris pada perempuan, karena . . .

 

a.    ketentuan dari Allah Swt.

 

b.    belas kasihan kepada mereka

 

c.    mereka berhak menerimanya

 

d.    membela kehormatan mereka

 

e.    menghargai jasa besar mereka

 

2.    Tidak semua harta peninggalan dapat dibagi kepada ahli waris. Sebelum harta diwariskan, harus dibersihkan dulu dari . . .

 

a.    riba

 

b.    riya

 

c.    hutang

 

d.    kotoran

 

e.    ashabah

 

3.    Menghitung warisan harus memahami apa yang disebut dengan furudhulmuqadarah, yang artinya adalah . . .

 

a.    hak-hak waris para pewaris

 

b.    ketentuan pembagian harta warisan

 

c.    peralihan benda waris pada ahli waris

 

d.    bagian-bagian tertentu dari waris

 

e.    ketentuan sebelum harta diwaris

 

4.    Kelompok penerima warisan, ada yang digolongkan ke dalam dzawil furudh, ada juga yang dari ashabah, menurut bahasa ashabah berarti . . . .

a.    terhalang

 

b.    bertambah

 

c.    harta yang rusak

 

d.    kelebihan harta

 

e.    sisa harta

 


 

 

 

70.                Kelas XII SMA/MA/SMK/MAK


5.    Dekat tidaknya ahli waris, menentukan hak waris yang diperoleh. Berikut ini ahli waris yang tidak pernah hilang hak warisnya adalah . . . .

 

           saudara laki-laki dan perempuan

 

           anak laki-laki dan perempuan

 

           cucu laki-laki dan perempuan

 

           paman dan bibi

 

           ayah dan ibu

 

 

6.     Setiap ahli waris memiliki bagian yang berbeda tergantung dekat tidaknya dengan yang meninggal. Dan ahli waris yang mendapat bagian 2/3 adalah . . . .

 

           anak perempuan lebih dari satu

 

           suami apabila tidak ada anak

 

           cucu laki laki lebih dari satu

 

           saudara perempuan tunggal

 

           anak perempuan tunggal

 

 

7.    Kedekatan nasab, sangat memberi arti tentang bagian yang diterima. Salah satu ahli berikut ini yang termasuk ashabah binnafsi adalah . . . .

 

           istri

 

           suami

 

           anak perempuan

 

           saudara laki-laki seibu

 

           saudara laki-laki sekandung

 

 

8.    PerhatikanlanQ.S.an-Nis±’/4:7 di bawah ini!

 . . .

 

Terjemahan yang tepat untuk kalimat yang di atas adalah . . . .

 

71.    baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan

 

72.    dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabat-kerabatnya

 

73.    dari harta peninggalan keluarga dan kerabatnya

 

74.    dan bagi seorang wanita ada hak bagian (pula)

 

75.    bagi orang laki-laki ada hak bagian


 

 

 

 

 

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti    173


9.    Apabila kelompok ahli waris laki-laki semuanya masih ada, yang berhak mendapat bagian harta warisan adalah . . . .

 

a.    suami, anak laki-laki, anak perempuan dan cucu

 

b.    anak laki-laki, anak perempuan, istri dan bapak

 

c.    suami, anak laki-laki,dan anak perempuan

 

d.    anak laki-laki, cucu laki-laki, dan bapak

 

e.    suami, bapak, dan anak laki-laki

 

 

10.  Adanya hukum waris memberikan keadilan bagi kehidupan manusia. Pernyataan di bawah ini merupakan hikmah adanya hukum waris, kecuali . . . .

a.                sebagai pembelajaran untuk menjadi lebih bijaksana

 

b.                menjalin persaudaraan berdasarkan hak dan kewajiban

 

c.                menghindari perselisihan yang mungkin terjadi antar ahli waris

 

d.                menghilangkan pilih kasih dari orangtua  kepada anak anaknya

 

e.                melindungi hak anak yang masih kecil atau dalam keadaan lemah

 

 

II.  Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang singkat dan benar!

 

1.    Memahami konsep waris akan menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap ....

 

2.    Memahami konsep waris akan mendidik diri kita untuk ....

 

3.    Memahami konsep waris akan menumbuhkan perilaku mulia antara lain adalah ....

 

4.    Kemaslahatan ummat adalah unsur utama dalam menentukan gugurnya hak seseorang untuk mendapatkan harta warisan, yaitu ....

5.    Tuan X wafat, ahli warisnya ibu, bapak , 1 anak perempuan dan 2 anak laki-laki. Harta warisnya berupa sawah seluas 9600m2, maka bagian masing-masing adalah ....

 

Jawablah pertanyaan berikut dengan benar dan tepat!

 

1.  Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan sebelum harta warisan dibagikan?

 

2.  Kapan harta warisan dapat dibagi menurut Q.S. an-Nis±’/4:117?

 

3.  Apakah perbedaan antara ashabah binnafsi, bilgair, dan ma’al gair serta berikan contohnya? Jelaskan!

 

4.  Langkah apa saja yang harus diperhatikan sebelum menghitung pembagian waris?

 

5.  Indonesia memakai beberapa hukum waris. Kemukakan hukum waris menurut adat Indonesia? Jelaskan!


 

76.                Kelas XII SMA/MA/SMK/MAK


IV.   Berilah tanda checklist (ü) pada kolom yang sesuai dengan pilihan sikap kalian!

 

SS= Sangat Setuju; S= Setuju; KS=Kurang Setuju; TS= Tidak Setuju

 

No.

Pernyataan

SS

S

KS   TS

 

 

 

 

 

1.

Konsep warisan dalam Islam mampu

 

 

 

 

menghilangkan sikap kikir dan tamak pada

........  ........  ........  ........

 

seorang muslim.

 

 

 

 

77.   Ilmu far±’id sangat merepotkan dalam

 

pembagian warisan, ketika ada orang

........  ........  ........  ........

meninggal.

 

 

78.   Tidak masalah, bila seorang muslim tidak

 

 

memakai ilmu waris ketika membagi waris,

........  ........  ........  ........

 

dengan syarat semua ahli waris ri«±.

 

 

 

 

4.

Istri berhak menentukan sendiri bagian

........  ........  ........  ........

 

warisnya, kalau suaminya meninggal.

 

 

 

5.

Lebih baik orang tua membagikan harta

 

 

warisnya ketika masih hidup, untuk

........  ........  ........  ........

 

menghindarkan perselisihan yang mungkin

 

 

 

terjadi.

 

 

 

 

6.

Apabila harta waris berupa tanah dan

 

 

bangunan, untuk memudahkan pembagiannya,  ........  ........  ........  ........

 

hendaknya diuangkan terlebih dulu.

 

 

79.   Bagian laki-laki dua kali lipat bagian perempuan,

 

merupakan bentuk keadilan dalam pembagian

........  ........  ........  ........

waris.

 

 

80.   Bila seseorang meninggal, dan tidak memiliki

 

 

ahli waris, maka harta warisnya sebaiknya

........  ........  ........  ........

 

diberikan pada negara.

 

 

 

 

9.

Mengambil harta waris anak yatim

 

 

diperbolehkan, dengan syarat apabila anak

........  ........  ........  ........

 

yatim tersebut sudah baligh, maka akan diganti.

 

 

 

 

10.

Anak adopsi boleh mendapatkan wasiat dari

 

 

orang yang meninggal, sebagai ganti dari harta

........  ........  ........  ........

 

waris.

 


 

 

 

 

 

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti    175


 

 


Last modified: Thursday, 7 January 2021, 8:39 AM